Berpikir Dewasa dan Berpikir Bebas
Kalian pasti tidak asing lagi dengan kalimat ini; “aku udah sreg banget sama dia, dia punya pemikiran yang dewasa.” Atau ini “ya ampun, pemikirannya dewasa banget. Calon pasangan idaman ini.”
Berpikiran dewasa nyatanya adalah hal yang secara budaya menjadi tolak ukur kematangan seseorang. Pernahkah kita menyisihkan sedikit pemikiran dari sisi lain berpikir dewasa, dari banyaknya faedah yang bisa kita temui dari berpikir dewasa, bukankah berpikir dewasa menjadi momok yang kadang atau bahkan sering membosankan? Kaku, penuh perhitungan dan penuh peraturan.
Seperti yang saya katakan tadi, berpikir dewasa juga punya banyak keuntungan. Hanya saja, menjadi muda dan ingin tahu semua, bukankah kita butuh lebih dari itu?
1. Berpikir dewasa menjadikanmu orang yang penuh peraturan.
Semakin kamu dewasa semakin banyak peraturan-peraturan yang harus kamu perhitungkan. Entah apakah peraturan itu berasal dari adat istiadat, agama ataupun dirimu sendiri. Secara tertulis maupun tidak. Karena ini bukan lagi masa remaja yang jiwa pemberontaknya berkobar kencang, segala sesuatunya selalu diperhitungkan. Tidak peduli apakah kamu mempunyai pemikiran mendasar yang bertentangan dengan adat istiadat dan agama, pada kenyataannya berpikir dewasa mengharuskanmu menelan mentah-mentah pemikiranmu itu. Bisakah kita memposisikan diri untuk berada di zona berpikir bebas, bukankah berbeda dan bertentangan adalah hal sangat lumrah di zona ini? Apapun itu selagi dengan dasar alasan, tidak akan ada penghakiman. Kebebasan yang mutlak.
2. Berpikir dewasa membuatmu agak sulit menerima pemikiran eksentrik.
Ketika dirimu ditempa untuk berpikir dewasa, kamu akan dihadapkan untuk menerima dengan baik pemikiran lumrah penuh kesopanan. Tapi akan ada saatnya kamu bertemu si pemikir eksentrik, dia yang mungkin akan bertentangan dengan semua hal yang kamu pelajari selama ini. Apa pun yang terjadi berikutnya, semua akan bergantung pada reaksi apa yang akan kamu berikan. Bukan hal yang mudah memang memahami mereka, kamu punya pilihan untuk mencaci, bersikap apatis, maupun menerima cara pandangnya. Ketika kamu memahami mereka, kamu sudah berada di pemikiran bebas, karena hanya orang-orang yang berpikiran bebas yang bisa secara terbuka menerima mereka.
3. Berpikiran bebas menjadikanmu orang nekat tanpa perhitungan.
Terdengar ceroboh memang, tapi bukankah semua hal mempunyai sisi yang berbeda? Penuh perhitung sering membuatmu ketakutan untuk memulai. Ketakutan dengan hal yang sudah kamu prediksi maupun ketakutan untuk hal yang tidak bisa kamu prediksi. Cobalah untuk berpikiran bebas, sesuatu yang tidak diprediksi itu punya banyak kejutan, bukankah itu menjadi sebuah tantangan ?
4. Bukankah berpikir bebas itu membangkitkan jiwa muda?
Pernahkah kamu merasa lebih tua ketika berpikir dewasa, penuh perhitungan, penuh peraturan dan penuh penghormatan. Di mana tantangannya ketika kamu masih berada di zona itu, bukankah masa muda adalah masa yang penuh tantangan ?
5. Berpikir bebas membuka pemikiranmu tanpa batas.
Ketika kamu bertemu dengan mereka yang ‘berbeda’, seperti mereka yang mengalami gangguan jiwa , depresi, bipolar dan yang lainnya. Apa tanggapanmu terhadap mereka? Berpikir dewasa mengharuskan kita untuk tidak boleh mengalami hal-hal seperti itu yang secara otomatis akan membuat kita berpikir bahwa mereka yang ‘berbeda’ adalah orang-orang yang berlebihan, yang tidak memahami agama dan orang yang pengecut.
Beda halnya ketika kamu dengan pemikiran bebas, mereka adalah orang-orang yang perlu dukungan, dorongan tanpa penghakiman. Pernah atau tidaknya kamu mengalami setidaknya kamu bisa memposisikan diri, menjadi mereka bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang kadang tidak bisa dicegah, berjalan begitu saja. Gangguan jiwa memang hal yang sangat awam terutama di Indonesia. Tapi ayo berpikir bebas, ada banyak hal di dunia ini yang kadang berada di luar nalar kita.
6. Pada akhirnya berpikir dewasa dan berpikir bebas adalah paket lengkap untuk saling melengkapi.
Saya tidak mengatakan berpikir dewasa itu tidak perlu. Itu perlu bahkan mungkin sangat perlu. Tapi ayo kita berpikir lebih dari itu, kehidupan selalu berubah, begitu juga dengan hal-hal baru yang tidak pernah kita temui. Apa kita akan menolak hal baru dan berada di zona yang ada atau mencoba memahami dan melakukan perubahan. Itu sebuah pilihan.
Untuk saya pribadi, saya lebih menyukai orang dengan pemikiran bebas, karena mereka mampu menerima sebuah ketidak normalan.
Dan untuk kalian si pemikir bebas, tidak perlu takut. Kita punya hak yang sama untuk berpendapat, tidak peduli apakah kita akan dicela, dihakimi, katakan saja pemikiran aneh itu, karena bisa jadi sebuah komentar akan menimbulkan pendapat baru untuk memperbaiki ataupun melengkapi pendapat kita. Bukankah berani berpikir bebas juga berani menerima semua komentar ?
Komentar
Posting Komentar